Selasa, 07 Juni 2016

Sejarah Tanjungarum



Mbodakan Sebagai Asal Usul Desa Tanjungarum

Desa Tanjungarum terletak 5 KM dari ibukota Kecamatan Sukorejo atau Desa paling ujung barat utara dari Kecamatan Sukorejo, 18 KM dari ibukota Kabupaten Pasuruan dan 46 KM dari ibukota Propinsi Jawa Timur (Surabaya). Secara geografis Desa Tanjungarum sebenarnya lebih dekat dengan Kecamatan Pandaan. Desa Tanjungarum sebenarnya mempunyai sejarah panjang yang terdiri atas beberapa bagian dari empat dusun yang ada didesa tanjungarum. Namun tidak banyak yang mengerti dan mengetahui secara pasti dan lengkap bagaimana sebenarnya sejarah berdirinya Desa Tanjungarum serta beberapa Dusun.
Menurut beberapa cerita yang masih diingat oleh para sesepuh dan pinisepuh yang ada di desa Tanjungarum, dulu ada seorang laki-laki yang dating dari daerah Tebu Ireng Kabupaten Jombang dan membuka serta menetap didaerah sebelah utara dari Desa Tanjungarum tepatnya disebelah timur sungai yang membelah Desa Tanjungarum menjadi dua, sebelah barat sungai dan sebelah timur sungai, karena daerah tersebut banyak sekali ditumbuhi pohon bunga Tanjung yang bauhnya wangi, maka daerah tersebut kemudian dinamakan Tanjungarum. Tanjungarum sendiri berasal dari kata Tanjung yang artinya sejenis bunga yang banyak tumbuh di daerah setempat, sedangkan Arum persamaan dari kata wangi, jadi Tanjungarum adalah bunga yang baunya semerbak mewangi.
Dalam perjalanannya seorang laki-laki ini tidak banyak yang tahu sebenarnya siapa nama aslinya, tetapi masyarakat sekitar akhirnya memberikan nama dengan nama Mbah bu Ireng, karena beliau berasal dari Tebu Ireng dan kemudian beliau dimakankan dedaerah tersebut tepatnya di Dusun Ngemplak Desa Tanjungarum. Namun jauh sebelum kedatangan Mbah Bu Ireng tersebut konon ada seorang bangsawan dari bangil yang dulunya merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Pasuruan yang bernama Raden Sanjoyo (masih di perlukan penelitian yang lebih lengkap dan konferenhensif tentang sejarah beliau). Yang bermaksud (dalam bahasa jawa “maku”) gunung yang ada disebelah selatan Desa Tanjungarum, sekarang bernama gunung Ringgit sebelah utara gunung Arjuno. Dalam perjalanan menuju gunung Ringgit tersebut Raden Sanjoyo didaerah Tanjungarum. Dari beberapa cerita yang ada, secara wilayah kekuasaan Desa Tanjungarum dulu dikuasai oleh beberapa orang (bukan menjadi satu Desa), tetapi setiap Dusun (dari 4 Dusun yang ada Ngemplak, Tambakrejo, Panjangrum, dan Tanjungsari) ada yang menjadi pemimpin. Dari empat Dusun yang ada, hanya Dusun Tanjungsari yang mengalami perubahan dalam penyebutannya, menurut cerita yang ada, dulu sering terjadi pencurian dan perampokan di Dusun tersebut, hal ini merisaukan masyarakat Dusun Tanjungsari, maka atas inisiatif beberapa tokoh masyarakat diadakan jam malam, yang bertujuan menjaga dan menangkap pencuri yang memasuki dusun. Setiap ada pencuri yang kepergok (bahasa jawanya) maka masyarakat mengejarnya beramai-ramai, peristiwa inilah yang dalam bahasa jawa “godak” artinya mengejar maka Dusun tanjungsari lebih dikenal dikemudian hari dengan Dusun Mbodakan, tetapi dalam urusan pemerintahan masih tetap menggunakan nama Tanjungarum.
Mata pencaharian masyarakat Tanjungarum:
NO.
MATA PENCAHARIAN
JUMLAH
1.
PETANI
1552 Orang
2.
Buruh Petani
255 Orang
3.
Buruh Swasta
342 Orang
4.
Pegawai Negeri Sipil
31 Orang
5.
Guru Swasta
68 Orang
6.
Pedagang
290 Orang
7.
Tukang Kayu/batu
85 Orang
8.
Peternak
-      Orang
9.
Montir
15 Orang
10.
Tenaga Medis
2 Orang
11.
Biro Jasa Angkut
-      Orang
12.
Pensiunan
20 Orang
13.
ABRI
5 Orang
14.
Pengrajin/ industry
20 Orang
15.
Penjahit
10 Orang
16.
Sopir
14 Orang

 


Staf kepala desa dan Tim Jurnalis

Kel jurnalistik :
Datul Ilmiah, Yovinus Dwi W, Amir Mahmud, Evi Fauziyah, Siti Nur Rohmatus Shiyam.  

Jumat, 04 April 2014

Rahmat Allah


1. Orang yang belas kasihan akan dikasihi Arrahman (Yang Maha Pengasih), karena itu kasih sayangilah yang di muka bumi, niscaya kamu dikasih-sayangi mereka yang di langit. (HR. Bukhari)
 
2. Allah Azza wajalla berfirman (hadits Qudsi): "RahmatKu mendahului murkaKu." (HR. Muslim)
 
3. Tiada dicabut rahmat kecuali dari (hati) seorang pendurhaka. (HR. Abu Dawud)
 
4. Barangsiapa tidak mengasihi dan menyayangi manusia maka dia tidak dikasihi dan tidak disayangi Allah. (HR. Bukhari)
 
5. Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah akan memberinya maaf pada hari kesulitan. (HR. Ath-Thabrani)
 
6. Pengampunan Allah lebih besar dari dosamu. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
 
7. Allah Azza Wajalla merahasiakan dosa hambanya di dunia dan merahasiakannya pula di akhirat. (HR. Muslim).
 
8. Seorang masuk surga bukan karena amalnya tetapi karena rahmat Allah Ta'ala. Karena itu bertindaklah yang lurus (baik dan benar). (HR. Muslim)

Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press

Minggu, 09 Maret 2014

Agar anak bahagia

Anak adalah nikmat besar yang dikaruniakan oleh Allah kepada kita. Akan tetapi  tidak semua dari kita mengerti bagaimana menjaga nikmat tersebut. Menjaga akhlaq dan keimanan mereka adalah yang harus di utamakan. Itulah yang diharap dan diinginkan  oleh anak biar tidak diucap oleh lidah mereka.
Orang tua cerdas dan bijak adalah orang yang senantiasa tahu apa yang dibutuhkan oleh anak-anaknya. Dan diantara hal yang dibutuhkan oleh anak tidak ada yang melebihi dari pentingnya keselamatannya kelak setelah kehidupan di dunia ini. Jika ada orang tua yang begitu semangat menyekolahkan anaknya di pendidikan tinggi dengan harapan agar anaknya kelak mendapatkan pekerjaan yang layak dan menguntungkan dari segi materi. Atau seorang tua membekali modal besar untuk anaknya agar bisa mandiri dan makmur dalam kehidupannya di dunia ini. Sungguh ia adalah orang tua yang cerdas, senantiasa berfikir akan masa depan sang anak. Akan tetapi orang tua tersebut akan menjadi tidak cerdas dan bijak  lagi jika ternyata melupakan masa depan yang lebih lama lagi yaitu kehidupan setelah kehidupan  di dunia ini. Ada masa depan nanti di alam barzah yang tidak hanya enampuluh atau seratus tahun akan tetapi ribuan tahun, dan bersama penantian itu sang anak akan menuai apa yang diperbuat saat di dunia dulu. Dan nanti setelah kehidupan alam barzah akan dilanjutkan menuju kebahagiaan yang hakiki atau kesengsaraan yang hakiki  di surga atau di neraka.
Siapa yang rela jika anaknya disiksa di alam barzah dan  di akhirat nanti? Disiksa karena kita sebagai orang tua tidak pernah memikirkan masa depan mereka setelah kehidupan ini. Disiksa karena kita sebagai orang tua telah tidak memikirkan bekal anak-anak kita di kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.
Kita mungkin akan mudah tanggap jika anak kita gagal ujian akhir di sekolah atau universitas, atau gagal dalam sebuah usaha dagangnya. Akan tetapi kenapa kita tidak mudah tanggap dengan anak kita yang malas melakukan Shalat atau mulai melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah? Sungguh bahasa cinta adalah amat indah dan akan menghadirkan keindahan. Cinta yang sesungguhnya kepada anak akan diterjemahkan dengan kepedulian terhadap masa depan anak. Dan tidak ada masa depan yang sesungguhnya selain masa depan di akhirat. Bukan cinta yang sesungguhnya bagi orang tua yang hanya ingin membahagiakan anaknya selama enampuluh tahun sepanjang hidupnya di dunia lalu melupakan kehidupan yang lebih lama setelah di dunia ini.
Yang berani membiayai sekolah anaknya untuk mencari ilmu dunia dengan biaya mahal tentu akan rela membiayai anaknya untuk mengambil bekal di akhirat dengan biaya yang lebih mahal. Jika masih ragu untuk yang demikian itu maka sangat diragukan kecintaan orang tua tersebut terhadap anaknya bahkan sangat mungkin diragukan keimanannya akan kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.
Dan tidak sampai disini, orang tua yang lalai memikirkan kebahagian anaknya kelak di akhirat akan menemukan suatu kesengsaran yang amat seperti yang pernah dikisahkan oleh Rasulullah Saw. Kisah orang ahli ibadah yang hendak menuju ke surga akan tetapi tiba-tiba ada yang menyeru dari dasar neraka jahannam menginginkan orang yang hendak masuk surga itu agar dimasukkan ke neraka bersamanya. Melihat kejadian seperti ini Malaikat menghadap kepada Allah dan Allah memerintahkan Malaikat agar menggiring orang tersebut ke neraka. Ia adalah orang tua  yang ahli ibadah, ahli sedekah dan ahli kebaikan akan tetapi telah membiarkan sang anak tanpa ada bimbingan agar semakin dekat kepada Allah dan tanpa pembekalan untuk di akhirat. Maka disebabkan keteledorannya dalam mempersiapkan masa depan anaknya di akhirat maka ia ikut rugi bersama sang anak di neraka jahannam.
Wallahu a'lam bishshowab.

~mutiara hikmah buya yahya~

Sabtu, 08 Maret 2014

mewaspadai penggunjing

Saat Imam Hasan Al-Basri memberikan wejangan kepada para santrinya. Tiba-tiba ada salah satu orang yang hadir mengangkat tangan dan berkata, "wahai Imam, kami ingin menyampaikan satu hal jika diperkenankan". Dijawab oleh Imam Hasan Basri "silakan !".

Kemudian orang tersebut bercerita "wahai Imam, aku sangat mengagumi majlismu, sungguh ini adalah majlis yang sangat berwibawa dan penuh kesejukan. Akan tetapi kenapa ada ditempat jauh disana ada seorang guru yang selalu menyebut Imam Hasan Al-Basri dengan sebutan yang tidak pantas dan menjelek-jelekkan Imam Hasan Al-Basri."

Sebelum orang tersebut selesai berbicara Imam Hasan Basri telah memotong pembicaraanya dan berkata, "hentikan wahai tamuku pembicaraanmu! sekarang dengarlah omonganku! Orang yang engkau sebut itu aku sangat mengenalnya, karna dia adalah salah satu sahabatku. Adapun yang kau sampaikan kepadaku bahwa dia selalu membicarakan kejelekanku maka ketauilah!jika engkau berbohong dengan omonganmu itu maka engkau harus di cambuk, sebab engkau telah berdusta"

Seketika orang tersebut menyambut dan berkata. "wahai Imam, sungguh aku tidak bedusta karena aku mendengarnya langsung." Kemudian Imam Hasan Basri melanjutkan pembicaraanya, "dan jika apa yang engkau sampaikan itu adalah benar maka engkau juga harus di cambuk karena engkau telah menggunjing dan mengadu-domba antara aku dengan temanku itu, kira-kira kamu pilih yang mana?"

Mendengar ungkapan Imam Hasan Al-Basri ini orang tersebut merasa malu dan akhirnya permisi dan bergegas meninggalkan majlisnya Imam Hasan Basri.

Kita di tuntut untuk lebih ketat dalam menjaga hati kita agar tidak terjangkit penyakit kebencian kepada sesama yang di hembuskan bersama gunjingan yang kita dengar.

Sebuah kecerdasan hati memancar dari diri sang imam. Hati yang tanggap terhadap penyakit yang dihembuskan oleh otak-otak kotor dan hati-hati yang tidak terdidik. Menyebut kejelekan orang lain adalah antara menggunjing dan berdusta. Jika benar yang di bicarakan itulah hakekat menggunjing dan jika tidak benar itulah berdusta.

Dan zaman kita bukanlah zaman yang lebih baik dari zamanya Imam Hasan Al-Basri. Artinya, kita di tuntut untuk lebih ketat dalam menjaga hati kita agar tidak terjangkit penyakit kebencian kepada sesama yang di hembuskan bersama gunjingan yang kita dengar. Kita harus pandai menghentikan usaha orang-orang terlena dalam menghancurkan keindahan kita dalam bermasyarakat.

Sungguh menggunjing adalah adalah pekerjaan yang membawa dosa yang amat besar. Jika kita tahu betapa besar dosanya berzina dan betapa busuk dan menjijikkanya ia. Akan tetapi sungguh kebusukan dan kekejian zina masih terkalahkan oleh menggunjing. Orang tidak berzina kecuali di tempat tertentu. Akan tetapi yang namanya menggunjing, sungguh medanya teramat luas. Kerlingan mata dan batuk yang dibuat-buatpun bisa mengandung makna gunjingan. Bahkan seorang yang lagi duduk di tengah mesjid atau seorang ustad yang lagi berceramah diatas mimbarpun bisa menggunjing.

Bahkan ada yang menggunjing sudah mendarah-daging didalam dirinya hingga ia tidak sadar jika setiap gerak dan ucapanya selalu memberi arti gunjingan. (Naudzubillah)

Orang sering terlena dengan menggunjing. Terbawa dalam sebuah perbincangan yang panjang lebar tiba-tiba tanpa disadari ia telah berada di tengah tengah lautan gunjingan. Bahkan ada yang menggunjing sudah mendarah-daging didalam dirinya hingga ia tidak sadar jika setiap gerak dan ucapanya selalu memberi arti gunjingan.

Yang selamat adalah yang waspada, Imam Hasab Al-Basri adalah suri tauladan kita. Cermati semua orang yang berbicara dengan Anda. Jika yang di bicarakan adalah kejelekan sahabat Anda atau yang lainya. Maka ketauhilah itu adalah gunjingan. Dan sadarilah bahwa di balik pembicraan itu adalah racun yang ditabur di hati Anda. Tanpa Anda sadari setelah itu Anda akan berprasangka buruk kepada orang yang Anda dengar ceritanya. Dan bisa jadi yang semula Anda hanya menjadi pendengar di suatu saat Anda telah berubah menjadi penggunjing. Semoga Allah menjauhkan kita dari digunjing dan menggunjing.

Wallahu a'lam bishshowab.
~mutiara hikmah buya yahya~

statistik nominal



Data Nominal adalah data statistik yang cara menyusun angkanya didasarkan atas penggolongan atau klasifikasi tertentu
Contoh :
Data statistik tentang jumlah Madrasah Tsanawiyah Negeri tahun ajaran 2013 / 2014 , ditilik dari segi tingkat ( kelas ) dan jenis kelaminya,  seperti pada table berikut :
Kelas
Jenis kelamin
Jumlah
Laki - laki
Wanita
III
50
34
84
II
48
44
92
I
72
52
124
Jumlah
170
130
300

Dalam tebel tersebut angka 50, 34, 48, 44 dan seterusnya adalah data nominal, sebab angka itu disusun berdasarkan penggolongan atau klasifikasi, baik menurut tingkatan study maupun jenis kelaminnya.
Data nominal sering disebut Data Hitungan. Dikatakan demikian karena data angka itu diperoleh dengan cara menghitung (dalam hal ini menghitung jumlah siswa, baik menurut tingkatan studi maupun jenis kelaminnya).
Komentar :
Menurut saya data statistik nominal sangat mudah di gunakan sebagai bahan kumpulan keterangan suatu kegiatan penelitian, pencatatan dan pendataan tertentu pada suatu bidang pendidikan, perusahaan dan lain-lain. Karena data statistic nominal menggunakan tabel penggolongan atau klasifikasi  yang mudah di pahami dan di mengerti sehingga memperoleh gambaran yang jelas dan pasti tentang segala sesuatu yang di butuhkan baik mengenai kemajuan atau perkembangan penelitian tersebut.

Datul Ilmiah
(2012.86.01.0028)