Rabu, 26 Februari 2014

Maut dan Kematian

1. Kematian yang paling mulia ialah matinya para syuhada. (Asysyihaab)

2. Tidak ada sesuatu yang dialami anak Adam dari apa yang diciptakan Allah lebih berat daripada kematian. Baginya kematian lebih ringan daripada apa yang akan dialaminya sesudahnya. (HR. Ahmad)
 
3. Perbanyaklah mengingat kematian. Seorang hamba yang banyak mengingat mati maka Allah akan menghidupkan hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya kematian. (HR. Ad-Dailami)

Penjelasan:
Dia mati dengan mudah dan ringan pada saat sakaratul maut.
 
4. Janganlah seorang mati kecuali dia dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah. (HR. Muslim)

5. Janganlah ada orang yang menginginkan mati karena kesusahan yang dideritanya. Apabila harus melakukannya hendaklah dia cukup berkata, "Ya Allah, tetap hidupkan aku selama kehidupan itu baik bagiku dan wafatkanlah aku jika kematian baik untukku." (HR. Bukhari)
 
6. Cukuplah maut sebagai pelajaran (guru) dan keyakinan sebagai kekayaan. (HR. Ath-Thabrani)
 
7. Mati mendadak suatu kesenangan bagi seorang mukmin dan penyesalan bagi orang durhaka. (HR. Ahmad)
 
Penjelasan:
Artinya, seorang mukmin sudah mempunyai bekal dan persiapan dalam menghadapi maut setiap saat, sedangkan orang durhaka tidak.
 
8. Tuntunlah orang yang menjelang wafat dengan ucapan Laailaaha illallah (maksudnya, agar dia mau meniru mengucapkannya). (HR. Muslim)

9. Tidak dibolehkan bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkabung atas suatu kematian lebih dari tiga malam, kecuali terhadap kematian suaminya, maka masa berkabungnya empat bulan dan sepuluh hari. (HR. Bukhari dan Muslim)

Penjelasan:
Kematian ayah, ibu, saudara dan yang lain selain suaminya, masa berkabungnya tidak boleh melebihi tiga hari.
 
10. Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, jenazah orang kafir berlalu di hadapan kami, apakah kami perlu berdiri?" Nabi Saw segera menjawab, "Ya, berdirilah. Sesungguhnya kamu berdiri bukanlah untuk menghormati mayitnya, tetapi menghormati yang merenggut nyawa-nyawa." (HR. Ahmad)
 
11. Ada tiga perkara yang mengikuti mayit sesudah wafatnya, yaitu keluarganya, hartanya dan amalnya. Yang dua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang pulang kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya adalah amalnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
 
12. Seorang mayit dalam kuburnya seperti orang tenggelam yang sedang minta pertolongan. Dia menanti-nanti doa ayah, ibu, anak dan kawan yang terpercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya baginya lebih disukai dari dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah 'Azza wajalla menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung-gunung. Adapun hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah mohon istighfar kepada Allah untuk mereka dan bersedekah atas nama mereka. (HR. Ad-Dailami)
 
13. Allah mencatat ihsan (kebaikan) atas segala sesuatu. Apabila kamu membunuh hewan maka bunuhlah dengan cara yang baik dan jika kamu menyembelihnya sembelihlah dengan baik. Asahlah tajam pisau potong dan ringankan hewan potongnya. (HR. Muslim)
 
14. Janganlah kamu mengagumi amal seorang sehingga kamu dapat menyaksikan hasil akhir kerjanya (amalnya). (HR. Aththusi dan Ath-Thabrani)
 
15. Apabila seorang muslim wafat dan jenazahnya dishalati oleh empat puluh orang yang tidak bersyirik kepada Allah maka Allah mengijinkan syafaat (pertolongan) oleh mereka baginya (si mayit). (HR. Abu Dawud)

16. Percepatlah menghantar jenazah ke kuburnya. Bila dia seorang yang shaleh maka kebaikanlah yang kamu hantarkan kepadanya dan bila kebalikannya, maka sesuatu keburukan yang kamu tanggalkan dari beban lehermu. (HR. Bukhari)
 
17. Seorang mayit dapat disiksa (kubur) disebabkan tangisan keluarganya. (Mashabih Assunnah)
 
Penjelasan:
Hal tersebut terjadi bila keluarganya menangisi mayit dengan berlebih-lebihan dan berteriak-teriak. Menangisi dengan wajar dari anggota keluarga yang ditinggalkan wafat sebenarnya dibolehkan dalam agama. Lalu kenapa si mayit yang harus menanggung akibatnya? Ini disebabkan karena sebelum wafatnya dia tidak pernah mengajarkan hal demikian.
 
18. Barangsiapa wafat pada hari Jum'at atau pada malam Jum'at maka dia terpelihara dari fitnah (siksa) kubur. (Abu Ya'la)
 
19. Janganlah mengingat-ingat orang-orangmu yang telah wafat, kecuali dengan menyebut-nyebut kebaikan mereka. (An-Nasaa'i)
 
20. Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah." Nabi Saw lalu bersabda: "Perbanyaklah mengingat kematian maka kamu akan terhibur dari (kelelahan) dunia, dan hendaklah kamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah doa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul." (HR. Ath-Thabrani)

Makna Ketulusan

~Mutiara Hikmah Buya Yahya
saat kita berbuat baik kepada tetangga atau tamu yang datang kerumah kita. Ada makna kebaikan yang harus di cermati untuk bisa disebut sebagai ketulusan. Ketulusan sendiri adalah hal yang amat lembut bersembunyi dilubuk hati dan bukan kata terucap dengan lidah.
Orang yang tidak berimanpun bisa berbuat baik kepada tetangga dengan memberi pertolongan, penghormatan atau santunan materi. Artinya berbuat baik kepada sesama itu hal yang lazim di lakukan, baik bagi yang beriman atau yang tidak beriman.
Yang harus senantiasa kita cermati adalah hal yang akan menjadikan kebaikan itu bermakna adalah Ketulusan, yaitu perbuatan baik yang semata-mata kita lakukan hanya mengharap balasan dari Allah SWT.
Hati-hatilah!! Ternyata dalam Ketulusan ada virus yang menghancurkan makna ketulusan, virus yang amat halus, sehalus ketulusan itu sendiri. Virus tersebut adalah Riyak, atau maksud yang tersembunyi di balik sebuah kebaikan yang dilakukan. Rasulullah SAW pernah menggambarkan virus tersebut seperti“ lembutnya langkah semut hitam yang berjalan dikegelapan malam di atas batu hitam “
Dan kita mungkin tidak menyadari atau bahkan tidak merasakan kapan masuknya virus tersebut, tiba-tiba sudah ada didalam hati.
Sahabatku saat kita berbuat baik kepada seseorang, namun terasa perbedaan dihati kita saat orang tersebut bersyukur kepada kita atau tidak bersyukur. Atau jika senyum orang yang kita santuni ada makna dihati kita, itu artinya ketulusan kita telah terjangkit virus Riyak. Jika kita masih membedakan peminta-minta yang datang kerumah kita jika dengan segala kesopananya lalu kita beri sementara yang lain datang dengan kurang sopan lalu tidak kita beri  itu artinya ada virus Riyak menjangkit ketulusan kita.
Sadarilah!! Orang yang tidak tulus akan capek dengan kebaikannya. Begitu sebaliknya ketulusan akan menjadikan pelaku kebaikan dalam puncak kepuasan hati.
Saat kita berbuat baik kepada tetangga hanya sebagai basa-basi sosial dan hanya mengharap balasan kebaikan dari tetangga, baik berupa materi atau sekedar penjagaan rumah yang kebetulan berdampingan. Disaat kebaikan yang dinanti dari tetangga tidak kunjung didapat, maka rasa jengkel tersembunyi akan menguasai hati kita dan menghantarkan kita untuk menghitung-hitung kebaikan yang pernah kita lakukan.
Atau jika Anda seorang Ustadz yang berceramah atau mengajar jika di balik perjuangan ini  yang diharapkan adalah imbalan, baik materi atau sekedar sambutan penghornmatan. Maka sungguh akan teramat sangat Lelah jika ternyata semua itu tidak didapat. Berbeda dengan orang-orang yang tulus, mereka akan melakukan segala kebaikan dengan penuh kepuasan dan harapan ridho Allah SWT. Tidak merasa sakit jika tetangga yang di perlakukan baik tidak mengerti arti terimakasih . Tidak merasa gundah disaat kebaikan mereka tidak dilihat dan dihargai oleh manusia. Sebab mereka hanya ingin kebaikannya dilihat oleh Allah SWT Yang Maha Melihat apa yang ada dihati hamba-hambanya.
Wallahu a'lam bissawab.

Kebaikan dan Kebajikan

1. Barangsiapa melapangkan kesusahan (kesempitan) untuk seorang mukmin di dunia maka Allah akan melapangkan baginya kesusahan dari kesusahan-kesusahan pada hari kiamat dan barangsiapa memudahkan kesukaran seseorang maka Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah selalu menolong hamba yang suka menolong kawannya. Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu maka Allah akan mempermudah baginya jalan ke surga. Suatu kaum yang berkumpul dalam sebuah rumah dari rumah-rumah Allah, bertilawat Al Qur'an dan mempelajarinya bersama maka Allah akan menurunkan ketentraman dan menaungi mereka dengan rahmat. Para malaikat mengitari mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan para malaikat yang ada di sisiNya. Barangsiapa lambat dengan amalan-amalannya maka tidak dapat dipercepat dengan mengandalkan keturunannya. (HR. Muslim)

2. Jangan meremehkan sedikitpun tentang makruf meskipun hanya menjumpai kawan dengan berwajah ceria (senyum). (HR. Muslim)

3. Barangsiapa dibukakan baginya pintu kebaikan (rezeki) hendaklah memanfaatkan kesempatan itu (untuk berbuat baik) sebab dia tidak mengetahui kapan pintu itu akan ditutup baginya. (HR. Asysyihaab)

4. Kebaikan itu banyak tetapi pengamalnya (yang melaksanakannya) sedikit. (HR. Abu Hanifah)

5. Bagi Allah ada hamba-hambaNya yang dikhususkan melayani kebutuhan-kebutuhan orang banyak. Mereka berlindung kepadanya untuk memenuhi kebutuhan mereka. Orang-orang itulah yang aman dari azab Allah. (HR. Ath-Thabrani)

6. Orang yang memberi petunjuk kepada kebaikan sama pahalanya seperti orang yang melakukannya. (HR. Bukhari).
 
7. Barangsiapa memperoleh suatu yang makruf maka hendaklah menyebutnya karena berarti dia mensyukurinya, dan kalau merahasiakannya (berarti) dia mengkufuri nikmat itu. (HR. Ath-Thabrani)
 
8. Barangsiapa menerima suatu kebajikan lalu berkata kepada pemberinya ucapan "Jazakallahu khairon" (semoga Allah membalas anda dengan kebaikan) maka sesungguhnya dia sudah berlebih-lebihan dalam berterima kasih. (HR. Tirmidzi dan An-Nasaa'i)
 
9. Orang yang paling berat disiksa pada hari kiamat ialah orang yang dipandang (dianggap) ada kebaikannya padahal sebenarnya tidak ada kebaikannya sama sekali. (HR. Ad-Dailami)
 
10. Barangsiapa ada kelebihan tempat (tempat yang kosong) dalam kendaraan (punggung unta) hendaklah diberikan kepada orang yang tidak punya kendaraan (diajak serta), dan barangsiapa punya kelebihan bekal (perjalanan) maka hendaklah diberikannya kepada orang yang tidak punya bekal. (HR. Muslim)
 
11. Janganlah kamu menjadi orang yang "ikut-ikutan" dengan mengatakan "Kalau orang lain berbuat kebaikan, kami pun akan berbuat baik dan kalau mereka berbuat zalim kami pun akan berbuat zalim". Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berprinsip, "Kalau orang lain berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan pula dan kalau orang lain berbuat kejahatan kami tidak akan melakukannya". (HR. Tirmidzi)

harga sehembus nafas

Jangan rela jika hari demi hari belalu tanpa ada keinsyafan untuk mengoreksi diri kita. Kebaikan apa yang telah bertambah pada diri kita di hari kemarin, diminggu kemarin. Jika hari berlalu dengan sia–sia tanpa ada nilai yang bertambah, tanpa adanya kerinduan kita kepada Allah SWT. Jika usia yang diberikan Allah SWT tidak kita manfaatkan sebagai kesempatan mendapatkan derajat kemuliaan dihadapan Allah SWT. Lalu apa yang kita pahami dari harga diri dan kemuliaan? Apakah selama ini kita mengira bahwa kemuliaan adalah mahalnya menu makan dan minum, atau bagusnya model baju dan tempat tinggal? Apa yang kita perjuangkan saat ini dan di hari–hari yang lalu? Apakah kita hanya memperjuangkan pangkat dihadapan manusia yang sebentar lagi berlalu? Apakah kita rela terjatuh dari mengabdikan hidup untuk Allah yang Maha Suci dan Abadi, menjadi mengabdikan diri untuk hawa nafsu yang rendah dan menjerumuskan?

Apakah kita rela terjatuh dari mengabdikan hidup untuk Allah yang Maha Suci dan Abadi, menjadi mengabdikan diri untuk hawa nafsu yang rendah dan menjerumuskan?.

Mari kita sadari bahwa nafas yang kita hembuskan adalah tanda kemurahan Allah SWT pada kita, hari-hari yang kita lalui adalah sebagian dari nikmat Allah yang tak terhingga nilainya. Apakah kita pernah berfikir jika berada pada hembusan nafas yang terakhir, harta kita sebanyak apapun tidak bisa kita tukar dengan sekali hembusan nafas lagi. Apakah kita pernah merenung jika setelah hari terakhir dalam hidup kita di dunia ini. Pangkat di dunia setinggi apapun tidak bisa untuk menambahkan satu hari untuk menyambung kehidupan kita. Dan disaat itu setelah nafas terakhir kita hembuskan tidak ada yang berguna bagi kita, kecuali ketulusan kita dengan Allah SWT saat kita masih bernafas..
Ada juga diantara kita yang menjadikan waktu tidak berguna dihadapan Allah, yaitu disaat kita kotori nikmat waktu itu, kita kotori dengan dosa-dosa.

Ada juga diantara kita yang menjadikan waktu tidak berguna dihadapan Allah, yaitu disaat kita kotori nikmat waktu itu, kita kotori dengan dosa-dosa. Dan alangkah mengerikanya jika ternyata nafas terakhir kita hembuskan, sementara Allah belum mengampuni dosa-dosa kita.

Wallahu a'lam bishshowab.