Sabtu, 08 Maret 2014

mewaspadai penggunjing

Saat Imam Hasan Al-Basri memberikan wejangan kepada para santrinya. Tiba-tiba ada salah satu orang yang hadir mengangkat tangan dan berkata, "wahai Imam, kami ingin menyampaikan satu hal jika diperkenankan". Dijawab oleh Imam Hasan Basri "silakan !".

Kemudian orang tersebut bercerita "wahai Imam, aku sangat mengagumi majlismu, sungguh ini adalah majlis yang sangat berwibawa dan penuh kesejukan. Akan tetapi kenapa ada ditempat jauh disana ada seorang guru yang selalu menyebut Imam Hasan Al-Basri dengan sebutan yang tidak pantas dan menjelek-jelekkan Imam Hasan Al-Basri."

Sebelum orang tersebut selesai berbicara Imam Hasan Basri telah memotong pembicaraanya dan berkata, "hentikan wahai tamuku pembicaraanmu! sekarang dengarlah omonganku! Orang yang engkau sebut itu aku sangat mengenalnya, karna dia adalah salah satu sahabatku. Adapun yang kau sampaikan kepadaku bahwa dia selalu membicarakan kejelekanku maka ketauilah!jika engkau berbohong dengan omonganmu itu maka engkau harus di cambuk, sebab engkau telah berdusta"

Seketika orang tersebut menyambut dan berkata. "wahai Imam, sungguh aku tidak bedusta karena aku mendengarnya langsung." Kemudian Imam Hasan Basri melanjutkan pembicaraanya, "dan jika apa yang engkau sampaikan itu adalah benar maka engkau juga harus di cambuk karena engkau telah menggunjing dan mengadu-domba antara aku dengan temanku itu, kira-kira kamu pilih yang mana?"

Mendengar ungkapan Imam Hasan Al-Basri ini orang tersebut merasa malu dan akhirnya permisi dan bergegas meninggalkan majlisnya Imam Hasan Basri.

Kita di tuntut untuk lebih ketat dalam menjaga hati kita agar tidak terjangkit penyakit kebencian kepada sesama yang di hembuskan bersama gunjingan yang kita dengar.

Sebuah kecerdasan hati memancar dari diri sang imam. Hati yang tanggap terhadap penyakit yang dihembuskan oleh otak-otak kotor dan hati-hati yang tidak terdidik. Menyebut kejelekan orang lain adalah antara menggunjing dan berdusta. Jika benar yang di bicarakan itulah hakekat menggunjing dan jika tidak benar itulah berdusta.

Dan zaman kita bukanlah zaman yang lebih baik dari zamanya Imam Hasan Al-Basri. Artinya, kita di tuntut untuk lebih ketat dalam menjaga hati kita agar tidak terjangkit penyakit kebencian kepada sesama yang di hembuskan bersama gunjingan yang kita dengar. Kita harus pandai menghentikan usaha orang-orang terlena dalam menghancurkan keindahan kita dalam bermasyarakat.

Sungguh menggunjing adalah adalah pekerjaan yang membawa dosa yang amat besar. Jika kita tahu betapa besar dosanya berzina dan betapa busuk dan menjijikkanya ia. Akan tetapi sungguh kebusukan dan kekejian zina masih terkalahkan oleh menggunjing. Orang tidak berzina kecuali di tempat tertentu. Akan tetapi yang namanya menggunjing, sungguh medanya teramat luas. Kerlingan mata dan batuk yang dibuat-buatpun bisa mengandung makna gunjingan. Bahkan seorang yang lagi duduk di tengah mesjid atau seorang ustad yang lagi berceramah diatas mimbarpun bisa menggunjing.

Bahkan ada yang menggunjing sudah mendarah-daging didalam dirinya hingga ia tidak sadar jika setiap gerak dan ucapanya selalu memberi arti gunjingan. (Naudzubillah)

Orang sering terlena dengan menggunjing. Terbawa dalam sebuah perbincangan yang panjang lebar tiba-tiba tanpa disadari ia telah berada di tengah tengah lautan gunjingan. Bahkan ada yang menggunjing sudah mendarah-daging didalam dirinya hingga ia tidak sadar jika setiap gerak dan ucapanya selalu memberi arti gunjingan.

Yang selamat adalah yang waspada, Imam Hasab Al-Basri adalah suri tauladan kita. Cermati semua orang yang berbicara dengan Anda. Jika yang di bicarakan adalah kejelekan sahabat Anda atau yang lainya. Maka ketauhilah itu adalah gunjingan. Dan sadarilah bahwa di balik pembicraan itu adalah racun yang ditabur di hati Anda. Tanpa Anda sadari setelah itu Anda akan berprasangka buruk kepada orang yang Anda dengar ceritanya. Dan bisa jadi yang semula Anda hanya menjadi pendengar di suatu saat Anda telah berubah menjadi penggunjing. Semoga Allah menjauhkan kita dari digunjing dan menggunjing.

Wallahu a'lam bishshowab.
~mutiara hikmah buya yahya~

statistik nominal



Data Nominal adalah data statistik yang cara menyusun angkanya didasarkan atas penggolongan atau klasifikasi tertentu
Contoh :
Data statistik tentang jumlah Madrasah Tsanawiyah Negeri tahun ajaran 2013 / 2014 , ditilik dari segi tingkat ( kelas ) dan jenis kelaminya,  seperti pada table berikut :
Kelas
Jenis kelamin
Jumlah
Laki - laki
Wanita
III
50
34
84
II
48
44
92
I
72
52
124
Jumlah
170
130
300

Dalam tebel tersebut angka 50, 34, 48, 44 dan seterusnya adalah data nominal, sebab angka itu disusun berdasarkan penggolongan atau klasifikasi, baik menurut tingkatan study maupun jenis kelaminnya.
Data nominal sering disebut Data Hitungan. Dikatakan demikian karena data angka itu diperoleh dengan cara menghitung (dalam hal ini menghitung jumlah siswa, baik menurut tingkatan studi maupun jenis kelaminnya).
Komentar :
Menurut saya data statistik nominal sangat mudah di gunakan sebagai bahan kumpulan keterangan suatu kegiatan penelitian, pencatatan dan pendataan tertentu pada suatu bidang pendidikan, perusahaan dan lain-lain. Karena data statistic nominal menggunakan tabel penggolongan atau klasifikasi  yang mudah di pahami dan di mengerti sehingga memperoleh gambaran yang jelas dan pasti tentang segala sesuatu yang di butuhkan baik mengenai kemajuan atau perkembangan penelitian tersebut.

Datul Ilmiah
(2012.86.01.0028)